BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Grup MNC Buyback Hingga Rp2 Triliun; DNET Masuk Bisnis Serat Optik

24 Juli 2015
Tags:
MARKET FLASH: Grup MNC Buyback Hingga Rp2 Triliun; DNET Masuk Bisnis Serat Optik
Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo, yang juga pemilik konglomerasi medi Grup MNC, menyampaikan pidato politiknya saat pelantikan pengurus DPW dan DPD Partai Perindo se-Provinsi Jambi di Jambi, Rabu (6/5). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Lippo bangun 2.000 bioskop Cinemaxx; MYRX siapkan Rp2 triliun akuisisi lahan

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Timah Tbk (TINS)

TINS akan mulai mengoperasikan fasilitas pengolahan dan pemurnian tanah jarang di kawasan industri Tanjung Ular, Bangka Belitung pada bulan depan setelah sempat tertunda sekitar lima bulan dari rencana awal. Direktur Utama Timah Sukrisno mengatakan uji coba fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tersebut telah dilakukan pada bulan lalu dan sudah menghasilkan.

Promo Terbaru di Bareksa

Namun, perseroan terus melakukan penyempurnaan hingga tahap komersial. Setelah beroperasi, pabrik yang berkapasitas 50 kilogram per hari tersebut akan menghasilkan logam mineral tanah jarang (ROEH3). Selain itu, hasil pengolahan tanah jarang tersebut juga akan menghasilkan 11 elemen lain, termasuk thorium yang bisa dipakai untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.

Grup MNC

Grup MNC milik taipan Hary Tanoesoedibjo (HT) bakal membeli kembali saham PT MNC Investama Tbk (BHIT) dan PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) senilai total Rp2,05 triliun seiring dengan fluktuasi akibat berbagai tekanan di pasar modal. BHIT akan buyback maksimum 10 persen modal disetor atau 3,78 miliar saham.
Nilai buyback maksimum Rp1,42 triliun dengan asumsi harga saham RP375 per lembar. MSKY juga akan melakukan buyback senilai Rp636 miliar maksimum dengan asumsi harga Rp1.800 per saham. Jumlahnya maksimal sebesar 5 persen modal disetor atau 353,19 juta lembar saham.

Grup Lippo
Entitas perusahaan Grup Lippo, PT Cinemaxx Global Pasifik, mengantongi pinjaman dari Deutsche Bank senilai US$100 juta setara dengan Rp1,33 triliun (Kurs Rp13.300/US$), untuk pembangunan 2.000 layar bioskop di 85 kota di Indonesia. Deutsche Bank ditunjuk oleh Grup Lippo untuk penggalangan pinjaman tersebut. Grup Lippo juga menunjuk Rothschild sebagai penasihat keuangan yang akan menjadi platform Lippo Cinemaxx untuk melantai di pasar modal.

Lippo Cinemaxx berencana menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dalam waktu 3 tahun mendatang. Masuknya Grup Lippo ke dalam industri bioskop telah diumumkan sejak 2013. Target pembangunan 2.000 layar dalam 300 kompleks bioskop di 85 kota. Pembukaan bioskop sejak tahun lalu dan diproyeksikan dapat memberi pendapatan US$500 juta pada 2020 hingga US$1 miliar pada 2024.

PT Indoritel Makmur Internasional Tbk

DNET yang merupakan afiliasi Grup Salim resmi memasuki bisnis kabel serat optik dengan membeli 71,89 persen saham di PT Mega Akses Persada. Selain membeli saham baru, DNET juga membeli obligasi wajib konversi senilai Rp1 triliun diperusahaan pengembang jaringan serat optik itu.

DNET adalah perusahaan holding yang memiliki saham di produsen roti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), operator restoran KFC PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), dan toko ritel PT Indomarco Prismatama (Indomaret).

PT Berlina Tbk (BRNA)

BRNA mengincar dana segar Rp149 miliar melalui rights issue yang akan digunakan untuk belanja modal dan modal kerja. Perusahaan pengolah bijih plastik ini akan melepas 256 juta saham atau 27,08 persen modal disetor perseroan dengan harga pelaksanaan Rp585 per saham. Aksi korporasi akan efektif setelah disetujui rapat pemegang saham pada 1 September 2015.

PT Hanson International (MYRX)

MYRX menyiapkan Rp2 triliun untuk akuisisi lahan hingga 2016. Perseroan berencana menambah land bank menjadi 4.000 hektare dari saat ini 3.200 hektare. Dana investasi dari berbagai sumber mulai ekuitas, penarikan pinjaman, atau divestasi unit usaha pertambangan. Perseroan segera melepas dua anak usaha di bidang energi yang tidak produktif yaitu PT Binadaya Wiramaju dan PT De Petroleum International (DPI). Dari hasil divestasi, perseroan akan mengantongi dana Rp400 miliar.

PT Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA)

BIKA akan menyiapkan dana investasi Rp1 triliun untuk ekspansi hingga enam proyek baru. Perusahaan properti ini akan menggunakan kas internal dan dana eksternal termasuk pinjaman bank. Beberapa lokasi yang dibidik oleh perseroan untuk akuisisi lahan 300 hektare termasuk Samarinda, Kalimantan Timur.

PT Delta Dunia Makmur (DOID)

DOID melalui anak usaha PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUma) membidik 3 - 4 kontrak jasa penambangan batu bara dalam waktu dekat dari perusahaan dalam negeri. Perseroan masih memiliki ruang untuk mengerjakan proyek baru tahun ini. Ruang pengerjaan overburden (pengupasan tanah) sebanyak 50 - 60 juta bcm atau 15 persen total kapasitas perseroan 350 juta bcm. Meski masih memiliki ruang, DOID akan selektif dalam memilih pelanggan, untuk menghindari gagal bayar.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,68%
Up3,10%
Up0,02%
Up6,29%
Up20,00%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,44%
Up0,02%
Up7,40%
Up18,25%
Up43,13%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,87%
Up0,01%
Up6,27%
Up31,65%
Up59,98%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,50%
Up2,81%
Up0,01%
Up5,44%
Up20,06%
Up48,78%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,52%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,02%
Down- 2,73%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua