BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Restrukturisasi Utang BUMI Terancam Terhambat

22 Juli 2015
Tags:
MARKET FLASH: Restrukturisasi Utang BUMI Terancam Terhambat
Pekerja memadatkan tanah (AntaraFoto/Indrianto Eko Suwa)

Sinar Mas selesaikan open offer ARMS; MEDC rugi US$17,51 juta

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG diperkirakan menguat seusai Lebaran dan selama kuartal III 2015 setelah sentimen negatif dari krisis utang Yunani berakhir dan belanja proyek infrastruktur di Indonesia meningkat.

Promo Terbaru di Bareksa

Pasar saham Eropa ditutup menguat pada Senin 20 Juli 2015 setelah International Monetary Fund (IMF) menyatakan bahwa Yunani telah membayar pinjaman sekitar US$2,2 miliar. Yunani juga tengah melunasi utang ke European Central Bank (ECB).

Dua hari sebelum Idul Fitri, Rabu, (15/7), IHSG ditutup melemah 0,65 persen menjadi 4.869,84. Ke depan, investor menanti perombakan susunan kabinet dan realisasi belanja pemerintah di proyek infrastruktur. Hingga medio Juli 2015 realisasi belanja negara mencapai Rp820 triliun atau 41,33 persen dari target dalam APNB-P sebesar Rp1.984,1 triliun.

PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Upaya BUMI merestrukturisasi utang dengan para kreditornya terancam terhambat setelah salah satu anggota komite kreditor mengajukan permohonan ke pengadilan Singapura untuk mengkaji ulang pemberian moratorium utang.

Emiten batu bara itu menyatakan salah satu ad hoc komite kreditor mengirimkan surat terkait moratorium pembayaran utang ke Pengadilan Tinggi Singapura pada 6 Juli 2015. Sidang akan dilaksanakan 3 September 2015, sebulan sebelum tanggal berakhirnya moratorium utang, pada 24 Oktober 2015.

Moratorium yang diajukan tiga anak usaha Bumi Resources, yaitu Bumi Capital Pte. Ltd., Bumi Investment Pte. Ltd., dan Enercoal Resources Pte. Ltd sebelumnya telah diperpanjang dari jatuh tempo 24 Mei 2015. Bumi Capital memiliki obligasi senilai US$300 juta dengan kupon 12 persen yang mestinya jatuh tempo 10 November 2016.
Bumi Investment merupakan penerbit obligasi US$700 juta dengan kupon 10,75 persen yang jatuh temponya 6 Oktober 2017. Sementara, Enervoal Resources mempunyai surat utang sebesar US$375 juta berkupon 9,25 persen, dan jatuh tempo 5 Agustus 2014.

PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU)

Grup Sinar Mas melalui Asia Coal Energy Ventures Limited (ACE) mengakhiri penawaran terbuka (open offer) saham Asia Resources Minerals Plc (ARMS) yang merupakan induk BRAU pada 16 Juli. Dalam laporannya, ACE mengantongi 73,34 persen saham ARMS. Pemegang saham ARMS yang sudah bersedia melepas saham kepada ACE termasuk Nathaniel Rothschild (17,04 persen), Ravenwood (23,58 persen) dan saham tak langsung Samin Tan (23,52 persen). ACE juga mengambil 4,6 persen saham dari investor lain yang sudah meneken kesepakatan.

Sinar Mas membayar mahal pembelian BRAU itu dengan penawaran 56 pence per saham, naik dari sebelumnya 41 pence yang ditawarkan oleh Rothschild. Dengan demikian 100 persen saham ARMS dihargai 134,9 juta poundsterling atau US$207,8 juta.

Untuk membayar 73,3 persen saham ARMS, Sinar Mas merogoh kocek US$152,3 juta atau Rp2 triliun. Selain itu, ACE juga harus menuntaskan dua obligasi anak usaha BRAU bernilai total US$950 juta atau sekitar Rp12,6 triliun plus menyuntik belanja modal US$100 juta.

PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

Manajemen SMCB mengkaji penggabungan usaha dengan PT Lafarge Cement Indonesia menyusul aksi merger induk usahanya, Holcim Ltd., dengan Lafarge SA menjadi LafargeHolcim. Kedua raksasa semen global itu telah menyelesaikan penggabungan usaha menjadi LafargeHolcim.

Seluruh persyaratan untuk penyelesaian merger telah dipenuhi mengikuti rampungnya public exchange offer dan penerbitan saham baru LafargeHolcim di Zurich Swiss dan Paris Perancis. Perusahaan hasil merger itu tengah memulai suatu transformasi strategis dengan membangun dan menjadikan Lafarge dan Holcim menjadi yang terbaik. Grup akan fokus pada lima area di fase pertama integrasi ini termasuk memberi target 1,4 miliar euro dalam tiga tahun.

PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)

ASRI menjadwalkan proses pembentukan dua perusahaan patungan dengan mitra asingnya dapat rampung pada September dan Oktober 2015.

Emiten properti ini berencana membentuk dua joint venture (JV) untuk pengembangan dua proyek berbeda, yaitu Serpong dan Pasar Kemis. Pengembangan di Alam Sutera mencakup lahan seluas 20 hektare, sedangkan proyek di Pasar Kemis seluas 300 hektare.

Corporate Finance dan Investor Relations Divisions Head Alam Sutera Realty (ASRI) Vincent T.W. Sjahbana mengatakan saat ini pembentukan dua JV tersebut masih dalam tahap due diligence. Dalam rencana kerja sama itu, ASRI hanya memegang porsi minoritas, meski belum diberitahu rinciannya.

PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA)

CEKA berencana stock split 1:2. Produsen minyak dan kue untuk industri panganan ini berencana memecah nilai nominal saham (stock split) menjadi nominal baru Rp250 per saham dari nominal lama Rp500 per saham. Hingga Rabu, (15/7), harga saham CEKA ditutup pada harga Rp1.305. Berdasarkan pengumuman KSEI, akhir perdagangan saham dengan nominal lama di pasar reguler dan negosiasi pada 31 Juli 2015.

Lantas, perdagangan dengan nilai nominal baru Rp250 di pasar reguler dan negosiasi pada 3 Agustus 2015. Pada 5 Agustus 2015, tanggal terakhir penyelesaian transaksi saham dengan nominal lama serta tanggal pencatatan. Satu hari kemudian, awal perdagangan saham di pasar tunai dengan nilai nominal baru sekaligus dimulainya penyelesaian transaksi saham dengan nilai nominal baru.

PT PP Properti Tbk (PPRO)

PPRO yang merupakan anak perusahaan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) menambah lahan baru proyek Grand Kamala Lagoon di Kalimalang, Bekasi seluas 3,4 hektare dengan nilai Rp134 miliar. Dengan adanya penambahan lahan baru tersebut, luas lahan proyek menjadi 28,4 hektare dari luas semula 25 hektare. Penambahan lahan baru itu menggunakan dana hasil IPO. PPRO baru saja tercatat di bursa efek dengan melepas 4,91 miliar saham dengan raihan dana Rp908,7 miliar.

PT Medco Energy Internasional Tbk (MEDC)

MEDC menghadapi periode sulit setelah mengalami rugi. Perseroan juga menghentikan proyek migas di Amerika Serikat. Sepanjang enam bulan pertama tahun ini perseroan mengalami rugi bersih US$17,51 juta, membalikkan laba bersih US$7,54 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Hal itu dipicu turunnya penjualan migas sebesar 23,63 persen menjadi US$248,83 juta. Penjualan batu bara juga turun 43,63 persen menjadi US$12,08 juta. Harga migas dan batu bara global sepanjang tahun ini turun. Selain itu, MEDC juga tidak memperpanjang kontrak konsesi operasi di AS pada Lapangan East Caperon karena produksi gas di bawah batas keekonomian. MEDC juga memutuskan keluar dari Blok Offshore Nunukan yang masih eksplorasi, padahal memiliki 40 persen saham dan sisanya Pertamina.

Pertumbuhan Ekonomi

Bank Indonesia memangkas perkiraan pertumbuhan paruh kedua tahun ini menjadi dalam kisaran 5 - 5,2 persen dari sebelumnya 5,3 - 5,4 persen. Penurunan proyeksi pertumbuhan ini sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi triwulan kedua. Awalnya BI optimistis ekonomi bertumbuh 4,9 persen, tetapi realisasi hanya 4,7 persen, sama dengan triwulan pertama. Maka, tahun ini ekonomi Indonesia hanya bertumbuh 5 persen dari rentang perkiraan 5 - 5,4 persern.

Dorongan pertumbuhan ekonomi pada semester kedua bergantung pada realisasi pencairan anggaran pemerintah dan pelaksanaan proyek infrastruktur. Sementara itu, BI belum melonggarkan kebijakan moneternya karena situasi global belum kondusif. Upaya pelonggaran sebelumnya dilakukan BI termasuk menaikkan loan to value (LTV). Namun kebijakan itu baru terlihat efektif pada kuartal keempat tahun ini.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.314,36

Up0,41%
Up3,60%
Up0,02%
Up5,91%
Up19,01%
-

Capital Fixed Income Fund

1.764,83

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,22%
Up17,48%
Up42,87%

STAR Stable Income Fund

1.915,81

Up0,53%
Up2,89%
Up0,02%
Up6,25%
Up30,81%
Up60,29%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.757

Down- 0,19%
Up3,05%
Up0,01%
Up4,62%
Up19,15%
Up47,74%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,38

Up0,12%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,94%
Down- 1,75%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua