BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: BRAU Gagal Bayar Utang $450 Juta

08 Juli 2015
Tags:
 MARKET FLASH: BRAU Gagal Bayar Utang $450 Juta
File photo of a huge excavator shovelling earth and brown coal (REUTERS/Michaela Rehle)

KLBF pangkas capex; MYRX incar dana $200 juta dari private placement global

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU)

BRAU akhirnya gagal membayar utang $450 juta dalam bentuk obligasi yang diterbitkan anak usahanya di Singapura. Obligasi berkupon 12,5 persen itu diterbitkan oleh Berau Resources Pte Ltd dan dijamin oleh BRAU.
Saat ini BRAU menanti kepastian rencana restrukturisasi dari induknya di Inggris, yaitu Asia Resource Minerals Plc (ARMS), yang akan menerbitkan saham baru dan diserap investor strategis dari Grup Sinar Mas, yaitu Asia Coal Energy Ventures Limited (ACE).

Promo Terbaru di Bareksa

Dalam proposal restrukturisasi, obligasi lama ditukar surat utang baru. Sinar Mas akan menyuntik $150 juta melalui open offer. Dari dana itu ARMS memakai $145 juta sebagai utang ke BRAU, untuk restrukturisasi dan modal kerja. Kemudian $100 juta untuk membayar sebagian pokok obligasi. Lalu, ARMS akan merilis obligasi baru $387,53 juta untuk menukar obligasi sudah jatuh tempo. ARMS juga akan menerbitkan obligasi baru $443,72 jatuh tempo 2020 untuk menukar obligasi $500 juta jatuh tempo 2017.

Target IPO

Gejolak di bursa saham membuat target IPO tiga perusahaan di Bursa Efek Indonesia pada semester kedua tahun ini lebih rendah dari target awal. Target termasuk harga penawaran dan jumlah saham yang dilepas ke publik. PT Garuda Metalindo Tbk sudah listing di bursa dengan harga penawaran awal Rp550 yang di batas bawah kisaran.
Selain itu, PT Binakarya Jaya Abadi Tbk harus mengurangi jumlah saham menjadi 150 juta atau 25,04 persen modal dari 238 juta saham atau 35 persen modal. PT Anabatic Technologies Tbk hanya melepas 375 juta saham atau 20 persen modal disetor, lebih rendah dari target sebelumnya 30 persen.

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Kalbe akan memangkas anggaran belanja (capex) tahun ini menjadi Rp900 miliar-Rp1 triliun dibanding alokasi awal Ro1,1 - 1,3 triliun. Pemangkasan dilakukan karena proyek mundur termasuk pabrik biosimilar. Sisa belanja modal Rp300 miliar akan diteruskan ke tahun depan. Sementara itu perseroan menargetkan pabrik biosimilar yang akan dibangun tahun ini bisa berkontribusi hingga 10 persen terhadap pendapatan perseroan dalam 10 tahun mendatang.

Direktur Keuangan dan Corporate Secretary Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan pabrik biosimilar mulai dibangun pada akhir Juli 2015 dan selesai pada 2018. Pabrik ini untuk tahap awal hanya akan memproduksi satu produk yaitu ‘eritropoietin’ (EPO). Obat ini berguna untuk merangsang pembentukan sel darah. Setelah beroperasi empat tahun pabrik itu baru akan memproduksi obat selanjutnya. Diharapkan produk biosimilar ini bisa berkontribusi hingga 10 persen dalam kurun waktu 7 tahun.

PT Hanson International Tbk (MYRX)

MYRX mengincar perolehan dana sebesar $200 - 250 juta melalui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dulu (private placement) di pasar global. Emiten tambang yang berganti haluan ke sektor properti ini berencana melepas saham sebanyak 30 - 35 persen. Benny Tjokrosaputro, Presiden Direktur Hanson International, mengatakan aksi korporasi itu sedang dalam proses dan pihaknya terikat perjanjian dengan Credit Suisse sebagai arranger. Sudah ada beberapa pihak yang tertarik membeli dalam jumlah besar, meski belum dapat disebutkan detailnya.

PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT)

Realisasi kontrak baru dua BUMN konstruksi yakni PTPP dan WSKT pada semester I/2015 mendekati 50 persen dari target sepanjang tahun ini. WSKT membukukan kontrak baru Rp9,9 triliun per Juni 2015 atau sekitar 42 persen dari target Rp23,4 triliun pada tahun ini. Kontrak tersebut bertumbuh 39,6 persen dibandingkan dengan Rp7,1 triliun pada periode yang sama 2014. Sementara itu, PTPP memperoleh kontrak baru senilai Rp13,45 triliun per Juni 2015. Perolehan itu sekitar 48,73 persen dari target perseroan Rp27,4 triliun sepanjang tahun ini.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)

BRI berencana menerbitkan negotiable certificate deposit (NCD) atau sertifikat deposito maksimal Rp2 triliun di paruh kedua tahun ini. Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI, mengatakan NCD yang akan diterbitkan terbagi dalam tiga seri dengan tiga tenor berbeda, yaitu 3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan. Penerbitan NCD dimaksudkan untuk mendiversifikasi sumber pendanaan untuk kebutuhan ekspansi. Selain itu, juga ditujukan untuk refinancing sertifikat deposito yang akan jatuh tempo.

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, jumlah sertifikat deposito BRI yang jatuh tempo tahun ini mencapai Rp1,61 triliun. Adapun, pada April 2015 lalu BRI juga telah menerbitkan NCD II Bank BRI Tahap I 2015 senilai Rp1,88 triliun yang terbagi dalam tiga seri.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

STAR Stable Income Fund

1.917,73

Up0,52%
Up2,95%
Up0,02%
Up6,35%
Up30,73%
Up60,39%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua