Bareksa.com - Serangan Arab Saudi dan sembilan negara di Timur Tengah yang menggempur pemberontak Houthi di Yaman diprediksi akan kembali mengganggu harga minyak dunia. Pasalnya, Houthi mendapatkan dukungan dari Iran yang sama-sama merupakan anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Pertikaian ini ditakutkan akan semakin melebar dan mengganggu proses pengiriman minyak di daerah penghasil minyak tersebut. Padahal saat penyerangan, harga minyak sempat mengalami kenaikan.

Analis Rabobank, Philip Marey mengatakan serangan ini menimbulkan beberapa risiko terhadap harga minyak global. Pada hari penyerangan, harga kontrak berjangka minyak Brent naik 6 persen menjadi US$ 59,71 per barel. Sementara harga minyak mentah AS naik menjadi US$ 51,99 per barel.

Namun pada hari Jumat, dilansir CNBC, harga minyak terus turun. Harga minyak bahkan turun satu dolar Amerika setelah naik lima persen pada saat penyerangan.

Menanggapi kejatuhan ini, Analis Pierre Andurand, mengatakan harga minyak bisa berayun dan menyentuh angka $30 per barel. Pierre sendiri mulai dikenal setelah prediksinya mengenai peningkatan signifikan dan kejatuhan harga minyak pada tahun 2008.

"Saya percaya minyak punya kesempatan untuk jatuh ke angka $30 dan kembali lagi ke angka $50 pada akhir tahun ini," katanya.

Harga minyak mentah saat ini sudah jatuh 2,42 persen menjadi $50,16 per barel pukul 16.25 WIB. Sedangkan minyak jenis brent juga mengalami penurunan hingga 2,04 persen atau $1,21 ke $58 per barrel. (hm)