Bareksa.com - Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini diperkirakan masih akan melemah, dipengaruhi oleh spekulasi pasar terhadap pertemuan komite ekonomi federal (FOMC Meeting) yang akan digelar pekan ini.

Pelaku pasar khawatir bank sentral AS, The Fed akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan semula seiring membaiknya data ekonomi AS.

"Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan melemah dengan pergerakan di level Rp 11.900 hingga Rp 12.014 per dolar AS, " kata
Muhammad Alfatih, Senior Technical Analyst Samuel, Jakarta.

Spekulasi pasar menjelang FOMC meeting mendorong penguatan dolar index. Selain itu, kenaikan empire manufacturing AS ke 27,54 dari 14,69 yang dibarengi oleh turunnya capacity utilization AS ke 78,8 persen dari 79,1 persen juga ikut mempengaruhi penguatan dolar terhadap mata uang lain, termasuk rupiah.

Menipisnya surplus neraca perdagangan Zona Euro menjadi €12,2 miliar dari €13,8 miliar juga membantu penguatan dolar index melalui pelemahan euro sebesar 0,2 persen hingga dini hari tadi.

Untuk mencegah pelemahan lebih lanjut, Bank Indonesia terdengar melakukan intervensi di pasar valas dengan jumlah yang tidak besar. Samuel Sekuritas memprediksi tren pelemahan rupiah masih akan terjaga minggu ini dengan volatilitas tinggi.

Nilai tukar rupiah atas dolar AS tertekan cukup dalam pada perdagangan kemarin. Pasangan USD/IDR di pasar spot naik 1,24 persen menjadi Rp 11.971 per dolar Amerika. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) menujukkan, rupiah melemah 0,4 persen ke level Rp 11.875 per dolar Amerika.

Reza Priyambada, Sekretaris Umum Forum Komunikasi CSA (FK – CSA) memperkirakan kurs tengah BI rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini melemah dengan perdagangan di kisaran Rp 11.915 hingga Rp 11.863 per dolar Amerika.

"Masih kuatnya laju dolar AS dan sedikitnya sentimen dalam negeri membuat rupiah belum mampu mengimbangi kenaikan lanjutan dari dolar AS, " kata Reza.