BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Apa perbedaan berinvestasi dengan trading

17 April 2014
Tags:
Apa perbedaan berinvestasi dengan trading

Jangka waktu menjadi perbedaan utama antara berinvestasi dan trading.

Bareksa.com - Ketika berinvestasi di pasar modal, cara Anda berinvestasi tergantung pada pola pikir Anda menghadapi berbagai situasi yang mempengaruhi pergerakan indeks ataupun harga saham. Oleh karena itu, Anda harus mengetahui perbedaan mendasar mengenai berinvestasi dan trading.

Investasi adalah membeli suatu saham dengan pertimbangan fundamental (kinerja keuangan) serta prospek perusahaan tersebut di masa mendatang. Umumnya, investasi dilakukan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Untuk tipe investor yang lebih suka trading -- atau disebut trader -- biasanya tidak merasa nyaman jika hanya membeli suatu saham lalu menunggu perkembangan harganya dalam jangka panjang (buy and hold). Ini karena pergerakan pasar saham amat dinamis. Seorang trader, dalam satu hari bisa melakukan transaksi beberapa kali jika kondisi pasar memungkinkan.

Jadi, jika Anda memilih pola investasi, Anda tidak harus sepanjang waktu memperhatikan layar monitor perdagangan saham. Anda cukup menganalisa kinerja dan potensi bisnis dari perusahaan yang sahamnya Anda pilih, lalu menentukan berapa lama Anda akan berinvestasi di situ. Dalam jangka waktu itu, Anda tidak perlu memikirkan arah pergerakan harga sahamnya setiap hari, karena yang Anda beli adalah 'perusahaan' bukan 'harga sahamnya' semata.

Promo Terbaru di Bareksa

Sementara itu, seorang trader cenderung mengincar keuntungan dari selisih pembelian dengan penjualan (capital gain). Misalnya Anda membeli saham A seharga Rp2.000 sebanyak 10 lot, dan ketika harganya naik menjadi Rp2.200, Anda lebih suka langsung menjual semuanya. Selisih keuntungan yang Anda dapatkan adalah hasil dari Rp2.200 x 10 x 100 (1 lot = 100 lembar saham) dikurangi dengan Rp2.000 x 10 x 100. Jadi, keuntungan yang Anda dapatkan adalah Rp200.000 (Rp2.200.000 dikurangi Rp 2.000.000).

Trader harus setiap saat memonitor pergerakan pasar. Tolak ukur dalam melakukan transaksi lebih cenderung menggunakan faktor teknikal, yaitu membaca grafik harga saham tersebut untuk menentukan timing yang tepat.

Akan tetapi perlu dicatat bukan berarti seorang investor hanya mengandalkan aspek fundamental dan trader menggunakan analisis teknikal semata. Misalnya seperti ini: jika Anda memutuskan ingin berinvestasi di saham A, selain Anda melihat performa emiten tersebut selama beberapa tahun belakangan, Anda juga harus tahu kapan waktu yang tepat untuk membeli saham tersebut. Contohnya adalah seperti ilustrasi di bawah ini.

Illustration

Tabel kinerja keuangan saham perusahaan A tahun 2011-2013. Sumber: Bareksa.com

Dapat dilihat pada tabel tersebut, pendapatan, laba bersih dan, Earning per Share (EPS) perseroan selama tiga tahun berturut-turut mengalami peningkatan yang cukup konsisten dan terbilang stabil. Sementara itu, ketika melihat grafik harga sahamnya -- seperti yang tercermin pada Price Earning Bands (PE Bands) di bawah -- terlihat bahwa saham A sedang mengalami penurunan. Jika Anda memutuskan untuk membeli saham A saat ini, masih ada potensi penurunan lagi hingga garis warna biru tersebut menyentuh low band (support/batas bawah) di kisaran PE 20 x atau bahkan 15 x. Karena itu, investor bisa mulai membeli jika garis warna biru sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah atau dikenal dengan rebound.

Illustration
Grafik pergerakan harga saham perusahaan A selama satu tahun. Sumber: Bareksa.com

Jika Anda adalah seorang trader, penurunan tersebut bisa dilihat sebagai peluang untuk melakukan trading. Meskipun nanti kenaikannya tidak begitu signifikan, karena yang diincar adalah selisih harga, seorang trader bisa membeli dalam jumlah besar.

Selain indikator PE Bands tadi, sebenarnya masih cukup banyak indikator teknikal lainnya, seperti Bollinger Band, Stochastic, Moving Average, dan lainnya. Cara membacanya hampir sama dengan P/E Bands di atas. Landasannya sederhana: beli ketika harga turun dan jual ketika harga naik.

Selain itu, faktor likuiditas juga menjadi variabel penting, terutama untuk seorang trader. Likuiditas adalah seberapa sering saham tersebut diperjualbelikan, yang dapat dilihat dari volume transaksi harian. Semakin tinggi tingkat likuiditasnya, maka potensi return yang bisa didapat seorang trader juga lebih besar. Sementara itu, investor tidak terlalu memperhatikan tingkat likuiditas harian, karena mempunyai target untuk waktu yang lebih panjang.

Perlu Anda camkan, potensi keuntungan trading belum tentu lebih besar dari investasi. Misalnya seperti ini. Ketika trading, Anda membeli suatu saham karena tertarik dengan pergerakan harganya yang volatile (kenaikan dan penurunan cukup cepat). Anda berpikir bahwa jika membeli saham tersebut lalu segera menjualnya, Anda akan untung besar. Akan tetapi, perkiraaan Anda itu bisa jadi salah dan Anda justru akan menderita kerugian yang lebih besar karena terlalu yakin. Parahnya, itu bisa terjadi hanya dalam satu hari.

Lain halnya ketika Anda menerapkan pola investasi. Jika konsisten dan telah memiliki komitmen yang jelas, dalam setahun Anda mungkin dapat meraup keuntungan di atas 50 atau bahkan 100 persen.

Jalur mana yang paling cocok buat Anda? (kd)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

STAR Stable Income Fund

1.917,73

Up0,52%
Up2,95%
Up0,02%
Up6,35%
Up30,73%
Up60,39%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua