BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Ekonomi Indonesia Diproyeksikan Membaik pada Kuartal III-2015, Survei BI

04 Agustus 2015
Tags:
Ekonomi Indonesia Diproyeksikan Membaik pada Kuartal III-2015, Survei BI
Aktivitas pembangunan gedung bertingkat di Jakarta - (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Rupiah diperkirakan berada pada kisaran Rp13.251 higga Rp13.500 per dolar AS.

Bareksa.com - Tahun 2015 diperkirakan menjadi periode berat bagi ekonomi Indonesia, setelah perlambatan pertumbuhan pada kuartal pertama tahun ini dan pelemahan tajam nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Akan tetapi, perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan tidak akan berlangsung lama.

Survei proyeksi indikator ekonomi yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa ekonomi akan membaik pada kuartal ketiga 2015 dibanding kuartal sebelumnya. Namun, secara tahunan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya bertumbuh 4,88 persen, lebih rendah dibanding 5,02 persen pada tahun lalu.

Pertumbuhan ekonomi pada periode April-Juni 2015 diperkirakan sebesar 4,82 persen, (yoy) dibanding 4,71 persen (yoy) pada kuartal pertama tahun ini. "Meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi ditengarai dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi masyarakat sejalan dengan perayaan Idul Fitri," tulis BI dalam laporan survei itu.

Promo Terbaru di Bareksa

Responden survei, yang terdiri atas para ekonom, pengamat, analis pasar modal dan akademisi, optimistis ekonomi Indonesia akan terus membaik pada dua triwulan terakhir 2015 seiring dengan meningkatnya investasi dan belanja pemerintah. Ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga 2015 dan keempat masing-masing diperkirakan bertumbuh 4,87 persen dan 5,08 persen (yoy)

Sementara itu, pada kuartal ketiga 2015, inflasi diperkirakan sebesar 7,26 persen (yoy), relatif sama dengan angka pada kuartal kedua tahun ini. Beberapa hal yang dipercaya turut memengaruhi laju inflasi antara lain perkembangan harga komoditas internasional, pergerakan nilai tukar rupiah dan meningkatnya permintaan masyarakat seiring dengan aktivitas selama bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

Grafik Perkiraan Pertumbuhan PDB Kuartalan

Illustration

Sumber: Survei Proyeksi Indikator Ekonomi BI

Dari aspek nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, responden memperkirakan nilai tukar berada pada level Rp13.383 per dolar AS, terdepresiasi dibandingkan Rp13.332 per dolar AS. Melemahnya nilai tukar rupiah terutama didorong oleh perkembangan ekonomi global dan berlanjutnya penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang dunia.

Pada Juni 2015, nilai tukar rupiah secara rata-rata Rp13.332 per dolar AS, atau terdepresiasi 0,92 persen (mtm). Meski masih melemah, angka depresiasi itu lebih kecil dibandingkan pada bulan sebelumnya 2,12 persen (mtm). Secara kuartalan, rupiah sudah terdepresiasi 1,90 persen. Angka depresiasi kuartalan pun lebih rendah dibanding 5,18 persen (qtq) pada kuartal sebelumnya.

Sebanyak 63,6 persen responden survei pun memperkirakan nilai tukar berada pada kisaran Rp13.251-13.500 per dolar AS.

Grafik Perkiraan Nilai Tukar Rupiah/USD Kuartal III-2015

Illustration

Sumber: Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi BI

Prospek Positif

Staf Khusus Wakil Presiden bidang Ekonomi Wijayanto Samirin mengatakan optimistis pada kuartal ketiga ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih cepat. Hal itu seiring dengan mulai mengucurnya penyerapan anggaran pemerintah terutama di bidang infrastruktur.

"Pada kuartal kedua pemerintah memang memiliki beberapa upaya percepatan infrastruktur tetapi anggarannya belum masuk, melainkan akan masuk pada kuartal ketiga dan keempat,” ujarnya ketika dihubungi Bareksa.com. “Kami yakin ini akan membaik signifikan karena spending Rp10 triliun akan mendorong 0,01 persen pertumbuhan PDB padahal PU (Kementerian PUPR) saja punya anggaran ratusan triliun."

Dia menjelaskan proyek pemerintah akan mulai berjalan pada kuartal ketiga karena proses lelang dan pendanaan sudah selesai. Dia menyebutkan sejumlah proyek besar itu adalah pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt, pembangunan sejuta rumah, dan jalan tol. Oleh sebab itu, dia pun yakin bahwa sepanjang tahun ini pertumbuhan ekonomi masih dapat mencapai 4,9 persen dan mendekati 5 persen.

Salah satu pendorong optimisme positif para pengamat ekonomi adalah realisasi investasi langsung (direct investment) selama kuartal kedua tahun ini. Berkaitan dengan investasi langsung, Wijayanto mengacu kepada realisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, realisasi investasi asing mencapai 60 persen dari komitmen pada tahun itu dan realisasi investasi domestik mencapai 40 persen dari komitmen.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), nilai investasi langsung pada semester pertama 2015 naik 16,3 persen menjadi Rp259,7 triliun dibanding nilai pada periode yang sama tahun lalu.

"Investasi tetap tumbuh di tengah perlambatan ekonomi. Kami yakin semester dua akan lebih baik dibanding semester pertama karena realisasi proyek infrastruktur," ujar Kepala BKPM Franky Sibarani dalam paparan belum lama ini. (Baca juga: Investasi Langsung Tumbuh Positif, Sektor Telekomunikasi Jadi Pilihan)

Peningkatan investasi langsung ini memberi angin segar lantaran investasi asing secara tidak langsung (melalui bursa saham) sedang dalam tren menurun. Berdasarkan data Bareksa, sejak awal tahun sampai dengan 24 Juli 2015 sudah terjadi arus keluar dana asing sebesar Rp11,42 triliun dari bursa. Berbanding terbalik dengan periode yang sama 2014 di mana terjadi arus masuk sebesar Rp48,2 triliun.

Keluarnya dana asing dari bursa saham dipicu oleh perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS). Negara adi daya tersebut berencana meningkatkan suku bunga. Menguatnya nilai tukar dolar terhadap sejumlah mata uang dunia menunjukan bahwa dana investasi yang berasal dari AS mulai berangsur kembali ke negaranya.

Yoga Afandi, Deputi Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi & Moneter BI menilai bahwa siklus bisnis dunia, termasuk di Amerika, Eropa dan Asia masih bermasalah. Selain itu siklus komoditas tengah mengalami penurunan.

"Sedangkan dalam siklus finansial, The Fed akan menaikkan suku bunga domestik AS. BI yakin Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi 4 persen hingga 5 persen. Inflasi rendah bukti fundamental tetap terjaga. Neraca perdagangan akan defisit sekitar 2,5 - 3 persen," ujarnya dalam diskusi Komunitas Pemerhati Pasar Modal pekan lalu.

BI juga menyatakan akan menjaga nilai tukar rupiah karena nilai tukar tidak bisa dibiarkan terus-terus melemah. Selain itu volatilitas juga harus dijaga.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G. Masassya menilai bahwa kondisi ekonomi Indonesia tidak seburuk yang diperkirakan. Badan yang mengelola dana hampir Rp200 triliun itu dan mengalokasikan seperlima dananya dalam pasar modal menilai level indeks harga saham gabungan (IHSG) saat ini sudah cukup murah.

"Saham di portofolio BPJS hanya ada 23 saham dengan total alokasi Rp40 triliun. Dengan demikian, level IHSG di 4.700 itu kami kira cukup murah," katanya dalam diskusi yang sama.

Bahkan, dengan keyakinan pertumbuhan ekonomi 5 persen pada semester kedua, dia memperkirakan level IHSG akhir tahun bisa mencapai 5.200, atau lebih tinggi daripada penutupan 2014. Diaa mengatakan BPJS akan mengalokasikan lebih banyak ke sektor properti dan equity karena ada potensi di sana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,79

Up0,68%
Up3,10%
Up0,02%
Up6,29%
Up20,00%
-

Capital Fixed Income Fund

1.757,84

Up0,53%
Up3,44%
Up0,02%
Up7,40%
Up18,25%
Up43,13%

STAR Stable Income Fund

1.908,88

Up0,50%
Up2,87%
Up0,01%
Up6,27%
Up31,65%
Up59,98%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.762,89

Up0,50%
Up2,81%
Up0,01%
Up5,44%
Up20,06%
Up48,78%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.038,34

Up0,52%
Up2,03%
Up0,02%
Up2,02%
Down- 2,73%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua