BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Telkom Indikasikan Share Swap Mitratel dengan TBIG Batal

03 Agustus 2015
Tags:
Telkom Indikasikan Share Swap Mitratel dengan TBIG Batal
Petugas memeriksa jaringan base transceiver station (BTS) milik Telkomsel di BTS Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Selasa (5/5). Perawatan rutin tersebut dilakukan guna menjaga agar menara BTS bekerja optimal. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Dewan komisaris TLKM menghentikan proses, KPK turut campur

Bareksa.com - Transaksi pertukaran saham (share swap) anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dengan PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) yang sudah direncanakan sejak Oktober 2014 terindikasi batal terlaksana.

Seperti disebutkan laporan keuangan tengah tahun TLKM yang terbit akhir pekan lalu, Perjanjian Pertukaran Saham Bersyarat dengan TBIG sampai sampai sekarang masih dalam proses penghentian, karena adanya permintaan penghentian dari Dewan Komisaris.

Sebelumnya, Menteri BUMN Rini M. Soemarno mengatakan dewan Komisaris Telkom telah menyampaikan secara lisan pembatalan rencana transaksi tersebut. Keputusan itu diambil melalui rapat dewan komisaris dan direksi. Menurut Rini, Kementerian menghormati keputusan Telkom karena sudah memenuhi kewajiban untuk melapor kepada pemegang saham.

Promo Terbaru di Bareksa

Bahkan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga turut campur dalam proses korporasi yang melibatkan operator selular terbesar nasional tersebut. KPK mengirimkan surat ke Kementerian BUMN yang isinya kajian kerugian Telkom bila transaksi tersebut direalisasikan.

Namun, manajemen alias dewan direksi TLKM bersama TBIG sepakat untuk melakukan perpanjangan tanggal pemenuhan syarat-syarat perjanjian dari selambat-lambatnya tanggal 31 juni 2014, menjadi selambat-lambatnya 31 Maret 2016. Baca juga: Transaksi Share Swap Mitratel dan TBIG Batal. Siapa yang Rugi?

Mandiri Sekuritas melihat indikasi untuk berakhirnya perjanjian transaksi yang menukar 100 persen kepemilikan Telkom di Mitratel dengan 13,7 persen saham TBIG itu berpotensi merugikan TBIG. Oleh sebab itu, rekomendasi untuk TBIG pun diturunkan menjadi Netral. "Kami menurunkan rekomendasi di TBIG menjadi Netral dengan target harga Rp8.000," tulis Ariyanto Kurniawan dalam riset yang sudah dibagikan kepada nasabah.

Perhitungan harga Mandiri Sekuritas tersebut berdasarkan pemangkasan 20 persen hingga 21 persen EBITDA untuk tahun depan dan 2017, setelah menghapus kontribusi pendapatan dari Mitratel. Harga saham TBIG pun hari ini ditutup turun 0,90 persen menjadi Rp8.300. Sejak pengumuman perpanjangan pada 1 Juli 2015, harga saham TBIG sudah turun 6,21 persen dari Rp8.850.

Kinerja Semester Pertama

TLKM mencetak laba bersih pada laporan Semester I 2015 mencapai Rp7,45 triliun atau Rp75,85 per saham, meningkat 2,19 persen dari Laba bersih pada periode yang sama tahun 2014 yaitu Rp7,29 triliun atau Rp74,95 per saham.

Pencapaian kinerja TLKM tersebut didukung oleh Pendapatan perseroan pada Semester I 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 12,17 persen menjadi Rp48,84 triliun. Pendapatan Telkom terdiri dari Pendapatan Telepon, pendapatan interkoneksi (interkoneksi domestik dan international), pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informatika, pendapatan sewa jaringan, pendapatan jasa telekomunikasi lainnya (Customer Premise Equipment (CPE) dan terminal pendapatan Sewa, E-paymnet, dan lainnya)

Di sisi lain, TLKM baru-baru mengindikasikan rencana untuk membangun total 2.000 menara di tahun ini: 1.000 makro dan 1000 menara mikro 1.000. Melalui Mitratel, operator seluler terbesar ini menyiapkan Rp1,8 triliun untuk ekspansi menara. Pada Juni 2015, perusahaan memiliki 6.260 menara, meningkat dari 5.473 menara di bulan Desember 2014.

TBIG, yang terafiliasi Grup Saratoga, dalam rilisnya mencatat per 30 Juni 2015 total 19.416 penyewaan dan 12.159 situs telekomunikasi, terdiri dari 11.154 menara telekomunikasi. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 18.411, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,65. Mandiri Sekuritas menilai kolokasi Mitratel selalu pada kelas menengah bawah (1,1 x), dan jika perseroan lebih agresif, itu bisa meningkatkan persaingan dan mendorong harga sewa menjadi lebih rendah. Rata-rata tarif sewa TBIG saat ini sekitar Rp16 juta/ bulan.Sementara itu, TBIG masih melakukan proses audit untuk laporan tengah tahunnya.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

STAR Stable Income Fund

1.917,73

Up0,52%
Up2,95%
Up0,02%
Up6,35%
Up30,73%
Up60,39%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua