BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

MARKET FLASH: Kontrak Baru WIKA & ADHI Jauh Dari Target; WSKT Cari Utang Rp15T

02 Desember 2015
Tags:
MARKET FLASH: Kontrak Baru WIKA & ADHI Jauh Dari Target; WSKT Cari Utang Rp15T
Workers stand on top of a new highway under construction in east Jakarta. REUTERS/Garry Lotulung

Aturan PMK soal KIK dan DIRE akan direvisi; SMCB cetak rugi Rp372 miliar

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait investasi, korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

Aturan Penerbitan KIK

Pemerintah akan merevisi kembali aturan berkaitan dengan Kontrak Investasi Kolektif Tertentu, karena besaran pajak yang dikenakan untuk penerbitan dan hasil capital gain dinilai kurang menarik. Padahal Peraturan Menteri Keuangan No. 200/PMK.03/2015 baru saja diterbitkan.

Promo Terbaru di Bareksa

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan akan mengurangi besaran pajak, meski belum ditentukan nominalnya. Dengan berubahnya aturan tersebut diharapkan membuat Dana Investasi Real Estate (DIRE) akan lebih menarik. Sementara itu, penentuan besaran pajak harus dibicarakan dengan pengusaha dan pemerintah daerah karena ada kaitannya dengan bea pajak hak atas tanah dan bangunan (BHPTB).

Kontrak BUMN Karya

Pencapaian kontrak baru dua BUMN konstruksi sampai akhir November 2015 masih jauh dari target sepanjang tahun ini atau masih perlu mengumpulkan kontrak hingga Rp20 triliun pada Desember 2015. Perlambatan ekonomi disinyalir menjadi faktor yang memengaruhi besaran kontrak baru tahun ini

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengumpulkan kontrak baru senilai Rp19,03 triliun sampai akhir November 2015 atau sekitar 60,15 persen dari target senilai Rp31,64 triliun. BUMN lainnya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), mengumpulkan kontrak baru Rp11,1 triliun hingga akhir November 2015 atau sekitar 59,35 persen dari total target sepanjang tahun ini Rp18,7 triliun.

Peringkat Emiten

PT Pemeringkat Efek Indonesia mencatat hanya dua perusahaan yang peringkatnya dinaikkan sepanjang tahun ini, jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 20 perusahaan. Pada saat bersamaan, ada sekitar sembilan perusahaan yang peringkatnya diturunkan. Adapun, perubahan outlook dari stabil ke positif ada satu perusahaan, sedangkan dari stabil ke negatif ada enam perusahaan. Sementara itu, perubahan outlook dari negatif ke stabil ada satu perusahaan.

Dua perusahaan yang naik peringkat tersebut adalah PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) dan PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM). Adapun peringkat SDRA dinaikkan dari idA- menjadi idA+ pada Maret 2015. Sementara itu, peringkat SMSM dinaikkan dari idAA- menjadi idAA.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)

WSKT mengincar pinjaman baru sekitar Rp15 triliun pada 2016 guna mendanai berbagai rencana bisnis perseroan, yang mayoritas 70 persen untuk akuisisi ruas tol. Bentuk pinjaman tersebut dapat berupa fasilitas pinjaman perbankan serta penerbitan surat utang.

WSKT berencana mencari pendanaan secara bertahap setiap kuartalnya pada 2016. Terkait pinjaman perbankan, Waskita Karya kemungkinan menjajaki kerja sama dengan bank BUMN sebagai bagian dari sinergi antarperusahaan milik negara.

PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS)

WINS berniat menjual sekitar 10 kapal sebagai salah satu langkah menahan tingkat utilisasi dari kejatuhan lebih lanjut setelah terpengaruh rendahnya harga komoditas. Tingkat utilisasi perusahaan jasa pelayaran itu saat ini berada di level 50 persen. Angka ini merosot dari posisi 61 persen pada awal 2015. Adapun total armada yang dimiliki perseroan sebanyak 77 unit.

PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)

MAPI memperkirakan pertumbuhan kinerja tahun depan tidak jauh berbeda dari proyeksi 2015, yakni berada di kisaran 11-12 persen. Proyeksi tersebut didasarkan pada perkiraan baru mulai membaiknya kondisi ekonomi pada 2016. Target tersebut diharapkan dapat terpenuhi dengan penambahan area gerai seluas total 50.000 meter persegi di seluruh Indonesia.

PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

Hingga akhir September 2015, penjualan SMCB menurun 2,99 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp 6,5 triliun. Beban penjualan SMCB juga membengkak 6,2 persen (yoy) menjadi Rp 5 triliun. Laba bruto hanya mencapai Rp 1,4 triliun. Pada saat yang sama, beban keuangan SMCB melonjak hampir lima kali lipat, menjadi Rp 664,7 miliar. Sehingga, SMCB menderita kerugian bersih Rp 372,3 miliar. Di periode yang sama tahun lalu, SMCB masih bisa mengeduk laba hingga Rp 598 miliar.

PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE)

TELE menargetkan pertumbuhan pendapatan tinggi tahun depan. Hengky Setiawan, Presiden Komisaris TELE, mengatakan, perseroan membidik pendapatan Rp 24 triliun atau naik 20 persen dibandingkan dengan target tahun ini yang sebesar Rp 20 triliun. Tahun depan, pendapatan terbesar TELE tetap berasal dari bisnis voucher dan kartu perdana telepon. TELE juga akan menggenjot bisnis telepon seluler.

Selain memperbesar distribusi, TELE akan membangun riset dan pemgembangan alias research and development (R&D) teknologi smartphone dengan perusahaan elektronik Taiwan, Arima Communications Corp. Kedua perusahaan ini sedang mengembangkan pabrik perakitan ponsel di Indonesia. Dana investasi mencapai US$ 50 juta. Kerjasama ini untuk memenuhi aturan kandungan komponen lokal di produk ponsel 4G. Kongsian ini lewat anak usaha, PT Adi Reka Mandiri.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.311,31

Down- 0,02%
Up3,54%
Up0,02%
Up5,67%
Up18,13%
-

Capital Fixed Income Fund

1.766,74

Up0,56%
Up3,41%
Up0,02%
Up7,34%
Up17,26%
Up43,41%

STAR Stable Income Fund

1.917,73

Up0,52%
Up2,95%
Up0,02%
Up6,35%
Up30,73%
Up60,39%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

1.750,18

Down- 0,68%
Up3,54%
Up0,01%
Up4,21%
Up18,57%
Up46,98%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.034,18

Down- 0,40%
Up1,62%
Up0,01%
Up2,52%
Down- 2,29%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua