Tren Investasi Bulan Ramadan 10 Tahun Terakhir, Kelas Aset Apa Paling Cuan?

Abdul Malik • 20 Mar 2024
cover

Ilustrasi perempuan investor yang gembira karena berhasil meraih imbal hasil dari investasinya di reksadana dan saham selama Ramadan. (Shutterstock)

Rata-rata kinerja IHSG naik 1,31% selama Ramadan 10 tahun terakhir

Bareksa.com - Berinvestasi selama bulan Ramadan memang susah-susah gampang. Butuh jurus jitu agar bisa mendulang cuan, sebab jika salah strategi, bukannya untung malah buntung. 

Menurut riset PT Syailendra Capital yang berjudul Ramadan’s Legacy : Investment Insight, Tracing Investment Trend in Ramadan, yang dirilis (15/3), menyebutkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja terbaik dibandingkan kelas aset lainnya sebanyak 5 kali pada Ramadan 10 tahun terakhir (2014-2023). Kinerja IHSG jadi yang terbaik dibandingkan kelas aset lainnya yakni pada 2014, 2017, 2018, 2022 dan 2023. 

Rata-rata kinerja IHSG naik 1,31% selama Ramadan 10 tahun terakhir. Kenaikan IHSG tertinggi pada Ramadan 2014 (5,03%), disusul pada 2018 (2,6%) dan 2012 (2,12%). Kinerja terendah IHSG pada Ramadan 2019 (-1,75%), 2015 (-1,53%) dan 2020 (-1,04%).

Beli Saham di Sini

Performa negatif IHSG pada Ramadan 2015 dan 2019 disebabkan perlambatan ekonomi (GDP growth 4.79% dan 4.97%). Sedangkan pada 2020-2021 dikarenakan Covid-19 yang menekan pertumbuhan ekonomi (GDP growth -2.1% dan 3.7%).

Beli Saham di Sini

Emiten berkapitalisasi besar (large cap) lebih unggul dari IHSG dengan risiko penurunan yang lebih minim sepanjang Ramadan 2019-2023.

Menurut Syailendra Capital pemulihan pasar saham terus terjadi sejak 2022 hingga kini. Selain itu, pemerintah memberikan beragam bansos pada 2024 untuk mendorong aktivitas konsumsi masyarakat. “Kami melihat peluang investasi pada reksadana indeks berbasis saham yaitu Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund (SMSCI),” ujar riset tersebut.

Investasi Syailendra MSCI Indonesia Value di Sini

Anggaran bansos 2024 naik menjadi Rp493,5 triliun atau naik 12,4% dari tahun lalu, atau menyamai anggaran bansos 2020 yang sebesar Rp498T, meliputi :

Menurut Riset Syailendra pakaian menjadi barang yang terbanyak dibeli oleh konsumen, disusul peralatan rumah tangga dan alas kaki saat Ramadan.

Beli Saham di Sini

Pekan keempat Ramadan biasanya menjadi periode puncak belanja masyarakat. Penyaluran dana tunjangan hari raya (THR) berperan sebagai pendorong belanja masyarakat tersebut. 

Beli Saham di Sini

Reksadana SMSCI

Reksadana Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund (SMSCI) berfokus investasi di emiten bluechip dengan pendekatan value investing (low P/E, low P/B, dan high dividend yield). Jika menggunakan harga acuan per 13 Maret 2024, maka  emiten di sektor perbankan dan consumer cyclical (otomotif) memiliki indikasi dividend yield masing-masing 4,84% dan 8,2%.

Terdapat 2 sektor di reksadana Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund yang bobotnya melebihi IHSG yaitu sektor infrastruktur (khususnya telekomunikasi) dan sektor consumer (cyclical maupun non cyclical). Kinerja Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund secara konsisten mengungguli IHSG dan MSCI. 

Investasi Syailendra MSCI Indonesia Value di Sini

Setahun terakhir (per Februari 2024), reksadana Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund berhasil membukukan imbal hasil 16,23%, jauh lebih unggul dari IHSG yang naik 8,97%. Dalam 3 tahun terakhir, reksadana Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund berhasil cuan 24,41% melampaui IHSG yang naik 17,82% dan indeks MSCI yang naik 23,48%. 

Investasi Syailendra MSCI Indonesia Value di Sini

(AM)

***

Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store​
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​​​​​

Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.